19 February 2025

Korelasi antara Adili Jokowi - Efisiensi Kabinet Gemuk - Ndasmu - Hidup Jokowi - Indonesia Gelap - Kabur Aja Dulu.

Penjelasan dari Selamat Ginting, pengamat politik UNAS (Universitas Nasional).

Dalam sepekan terakhir pada pertengahan Februari 2025 ini beredar diksi-diksi "Adili Jokowi - Kabinet Gemuk (Kritik Terhadap Efisiensi Pemerintahan Prabowo)  - Ndasmu- Hidup Jokowi - Indonesia Gelap - Kabur Aja Dulu."

Bagaimana menjelaskan korelasi antara diksi-diksi tersebut? Berikut penjelasannya.

Diawali dari keputusan Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) memasukkan nama Presiden ke-7 Indonesia, Joko Widodo dalam daftar nominasi finalis tokoh kejahatan terorganisasi dan terkorup 2024. Jokowi dianggap terlibat dalam tindakan korupsi yang menguntungkan pribadi sepanjang menjadi presiden.

"Nyungsepnya" indeks demokrasi Indonesia dan indeks korupsi Indonesia era Presiden Jokowi. Terburuk di era reformasi sejak1998 hingga kini. Belum lagi kontroversi naiknya anak Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka menjadi Wakil Presiden yang penuh dengan tudingan sebagai "anak haram konstitusi", buntut dari keputusan tak biasa Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengagetkan jagat politik dunia. Itulah problem politik dan hukum tata negara. 

Di sisi ekonomi, kebijakan Jokowi mengakibatkan turunnya masyarakat kelas menengah dari sekitar 23 persen menjadi 17 persen. Hal ini buntut dari kebijakan impor era Jokowi yang menyebabkan sekitar 80 ribu orang kehilangan lapangan pekerjaan versi Kementerian Tenaga Kerja. Bahkan ada peneliti yang menilai sesungguhnya lebih dari angka tersebut, diperkirakan sekitar setengah juta orang kehilangan pekerjaan. 

Bansos yang ugal-ugalan jelang pemilu dituding sebagai gentong babi dalam film dokumenter Dirty Vote (pemilihan umum kotor) yang berisi politisasi bansos untuk kepentingan politik Presiden Jokowi. Kini disebut oleh Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Panjaitan, sekitar 50 persen bansos tidak tepat sasaran. Artinya dari Rp500 triliun bansos, separuhnya sekitar Rp250 triliun dana bansos tidak jelas peruntukannya. Artinya ada uang haram. Siapa bertanggungjawab?

Di situ publik meminta agar Jokowi diadili, karena harus bertanggung jawab terhadap krisis politik, hukum, dan ekonomi yang terjadi di Indonesia. 

Setelah memberikan kesempatan 100 hari pemerintahan Presiden Prabowo, publik mengkritik efisiensi yang dilakukan menyasar pada bidang pendidikan dan kesehatan. Uang kuliah berpotensi naik, tunjangan bagi guru dan dosen terancam dipotong. Padahal profesi guru dan dosen gajinya tidak sebanding dengan pejabat-pejabat negara, bagai bumi dengan langit. Di sisi lain, kabinet gemuk justru paradoks dengan efisiensi. Ada 48 menteri, 55 wakil menteri, lima badan baru, staf-staf khusus presiden, menteri, wakil menteri, kepala badan, juga para utusan khusus, para asisten khusus, entah apalagi nama-nama jabatan itu, tentu harus digaji sebagai pejabat negara setara eselon satu. Belum lagi para tenaga ahli setingkat eselon dua dan lain lain. 

Efisiensi Prabowo artinya pemborosan ugal-ugalan, tuding publik. Tuntutan reshuffle kabinet belum dipenuhi juga, termasuk pemangkasan lembaga-lembaga negara dan fasilitas bagi pejabat negara. Mulai kendaraan dinas, rumah dinas, dan fasilitas negara lainnya. Prabowo dianggap tidak peka, di sisi lain tanpa disuruh rakyat sudah lebih dahulu mengencangkan ikat pinggang sampai lubang terkecil. Mestinya ikat pinggang itu dilakukan oleh para pejabat negara dan komisioner negara. Bukan dilakukan rakyat yang sudah susah dan hidup pas-pasan. 

Di tengah situasi rakyat marah, eh Presiden Prabowo teriak "hidup Jokowi!". Ini kontradiksinya dengan kritik kaum akademisi dan kaum civil society yang merupakan perwakilan kelas menengah. Padahal Jokowi dianggap bagian dari masalah dan orang yang harus turut bertanggung jawab atas merosotnya perekonomian bangsa.

Di situlah mahasiswa yang menjadi bagian dari kelas menengah Indonesia membuat aksi dengan tagar Indonesia gelap. Gelap apabila Prabowo melanjutkan kebijakan Jokowi yang ugal-ugalan dan menyebabkan Indonesia terpuruk dengan program-program mercusuar fisik, seperti pembangunan IKN yang terancam mangkrak dan PSN (Proyek Strategis Nasional) yang kontroversial seperti di kawasan PIK (Pantai Indah Kapuk) dan sekitarnya.

Betul Prabowo sudah membuat tindakan tegas dalam kasus pagar laut yang berlangsung di era akhir Presiden Jokowi. Tapi kalimat "hidup Jokowi!" menyakitkan rakyat kelas menengah. Seharusnya Prabowo meneriakkan "hidup rakyat!", artinya mengedepankan rakyat bukan memuji Jokowi setinggi langit yang dianggap terlibat dalam kejahatan dan korupsi selama menjadi presiden seperti penilaian OCCRP. 

Belum pernah ada presiden baru memuji setinggi langit presiden sebelumnya. "Syoor sendri", kata orang Medan. Artinya senang sendirian atau onani, memuaskan diri sendiri. 

Tagar "kabur aja dulu" merupakan bentuk frustrasi rakyat akibat Prabowo belum bisa memisahkan dirinya dengan Jokowi. Mereka merasa sulit mencari lapangan pekerjaan di Tanah Air, terutama buat kelas menengah lulusan perguruan tinggi. Mereka menolak dianggap tidak nasionalisme. Seharusnya pemerintah juga membuat lapangan pekerjaan yang dapat menjamin masa depan rakyat. Dengan pemangkasan APBN dampaknya antara lain semakin banyak industri swasta yang gulung tikar. Mencari penghidupan di luar negeri, merupakan salah satu solusi agar mereka tidak menjadi beban negara.

20 January 2025

Laksdya Erwin Aldedharma Calon Kuat KSAL

 

Photo: tni.mil.id

Pengamat politik dan militer UNAS (Universitas Nasional), Selamat Ginting, mengungkapkan Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Madya Erwin S Aldedharma menjadi calon kuat KSAL menggantikan Laksamana Muhammad Ali.

"Laksdya Erwin Aldedharma menjadi kandidat terkuat pengganti KSAL Laksamana Muhammad Ali yang tak lama lagi akan memasuki pensiun dari dinas militer," kata Selamat Ginting di Jakarta, Senin (20/1/2025).

Menurut Selamat Ginting, Laksamana Muhammad Ali lulusan AAL (Akademi Angkatan Laut) 1989, akan pensiun pada Mei 2025. Maka dalam waktu dekat akan ada pergantian jabatan KSAL. 

Dikemukakan, ada lima Laksdya atau perwira bintang tiga yang menjadi kandidat KSAL pengganti Muhammad Ali. 

Pertama; Laksdya Tolhas SNB. Hutabarat, AAL 1989, Setjen Wantannas, pensiun Januari 2026.

Kedua; Laksdya Irvansyah, AAL 1990, Kepala Bakamla, pensiun Juni 2026.

Ketiga; Laksdya Denih Hendrata, AAL 1989, Panglima Koarmada RI, pensiun Agustus 2025.

Keempat; Laksdya Erwin S. Aldedharma, AAL 1991, Wakil KSAL, pensiun Juni 2028.

Kelima; Laksdya Budi Purwanto, AAL 1989, Danpushidrosal, pensiun April 2026.

Kelimanya berasal dari Korps Pelaut, korps utama di TNI AL. Memang ada Letjen Marinir Nur Alamsyah, AAL 1989, Komandan Kodiklatad, pensiun November 2025. 

Namun karena korps utama di TNI AL adalah Korps Pelaut dan domain TNI AL adalah  di laut bukan di darat, maka jenderal Marinir tidak akan pernah menjadi KSAL. Bahkan dalam sejarah TNI, belum pernah ada perwira tinggi Marinir yang menjadi KSAL. 

Jika belum ada mutasi dan promosi jenderal bintang dua AL ke bintang tiga pada Januari hingga April 2025 ini, lanjut Selamat Ginting, maka tidak akan ada dinamika yang luar biasa. "Tidak ada kejutan yang mengubah kandidat pengganti Laksamana Muhammad Ali," ujar dosen tetap FISIP UNAS itu.

Dikemukakan, apabila mengacu pada regenerasi, maka pengganti Muhammad Ali berasal dari lulusan AAL 1990 atau 1991. Oleh karena itu peluangnya ada pada Irwansyah dan Erwin S. Aldedharma. Namun biasanya calon KSAL adalah perwira tinggi Korps Pelaut yang masih berdinas di lingkungan TNI AL, TNI, maupun Kemhan. Sedangkan Irvansyah kini berdinas di Bakamla. 

"Bahkan hingga saat ini belum pernah ada KSAL yang berasal dari posisi Kepala Bakamla," ungkap Ginting.

Jika tradisi itu tetap dilaksanakan, lanjut Ginting, maka peluangnya hanya ada pada Erwin S. Aldedharma. Dia seangkatan dengan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, Akmil 1991. 

"Erwin juga paling muda di antara lima Laksdya, dan pensiunnya masih panjang hingga Juni 2028," kata Ginting.

Erwin dalam jabatan bintang dua dan tiga menduduki posisi-posisi strategis, yakni: Pangkolinlamil (2021—2022), Wadanjen Akademi TNI (2022—2023), Pangkoarmada I (2023), Pangkogabwilhan I (2023), dan Wakil KSAL (2023—sekarang).

/sgo

Posting Terkini

Korelasi antara Adili Jokowi - Efisiensi Kabinet Gemuk - Ndasmu - Hidup Jokowi - Indonesia Gelap - Kabur Aja Dulu.

Penjelasan dari Selamat Ginting, pengamat politik UNAS (Universitas Nasional). Dalam sepekan terakhir pada pertengahan Februari 2025 ini ber...