Oleh: Selamat Ginting
Apa yang dikhawatirkan Arthur tentang Cina, akhirnya terbukti hingga sekarang.
Apa yang dikhawatirkan Arthur tentang Cina, akhirnya terbukti hingga sekarang.
Pada 19 April 1951 atau 65 tahun silam, seorang jenderal legendaris,
Douglas Mac Arthur mengucapkan kata-kata terkenal di depan Kongres
Amerika Serikat. Ia menutup karier militernya selama 52 tahun dengan
mata berkaca-kaca.
"Old
soldiers never die, they just fade away". Prajurit tua tidak pernah
mati, mereka hanya memudar. Itulah kalimat lantang dari veteran Perang
Dunia I dan II tersebut.
Dalam diri Douglas
Mac Arthur memang mengalir darah militer. Ia lahir di asrama tentara di
Little Rock, Arkansas, pada 26 Januari 1880. Terlahir dari keluarga
militer dan politikus. Ayahnya, seorang perwira militer, Letnan Jenderal
Arthur Mac Arthur, Jr. Sedangkan kakeknya adalah Arthur Mac Arthur, Sr,
seorang politikus Amerika.
Douglas Mac
Arthur kemudian masuk Akademi Militer West Point pada 1898. Ia menjadi
lulusan terbaik dari 93 kadet pada Juni 1903. Dalam ketentuan Angkatan
Darat Amerika Serikat, lulusan terbaik dimasukkan dalam Army Corps of
Engineers atau Korps Zeni. Ia pun mengawali kariernya dengan pangkat
Letnan Zeni AD di Batalion Zeni Konstruksi Tempur.
Misi
pertamanya adalah pengintaian dalam pertempuran Veracruz yang terjadi
pada 1914. Pertempuran tersebut dalam sejarah ditulis sebagai
pemberontakan Mexico atas AS. Kariernya terus menanjak hingga menjadi
Kolonel Zeni dengan jabatan kepala Staf Divisi Rinbow.
Pada
Perang Dunia I, pangkatnya naik menjadi brigadir jenderal. Ia
dinominasikan meraih Medal of Honor. Selama perang ini, ia terlibat
dalam Pertempuran di Reim (Battle of Reims/Battle of the Marne),
pertempuran Saint-Mihiel dan pertempuran Meuse-Argonne atau yang dikenal
juga dengan Battle of the Argonne Forest.
Seusai
perang, ia ditugaskan sebagai pengawas termuda dalam sejarah Akademi
Militer AS. Kemudian menjadi Komandan Brigade Infanteri 23 Divisi
Filipina pada 1924-1925. Dalam usia 44 tahun, ia dipromosikan menjadi
mayor jenderal termuda dalam Angkatan Darat AS. Sebagai Komandan Korps
ke IV di Atlanta.
Pada 1930, ia dipercaya
menjadi kepala Staf AD dalam usia 50 tahun. Menjadi KSAD selama lima
tahun. Setelah itu, diminta menjadi penasihat militer Presiden AS. Lalu
Presiden Filipina Manuel Quezon memintanya menjadi Panglima Tertinggi
Angkatan Bersenjata Filipina. Sekaligus membentuk Akademi Militer
Filipina.
Pada awal invasi Jepang di
Filipina, Jenderal ini sempat terdesak hingga mendirikan markas
pertahanan terakhir di Bataan dan Cooregidor. Kemudian Washington
memerintahkannya bergeser ke Australia. Saat itu ucapannya yang terkenal
adalah "I came out of Bataan and I shall return".
Walaupun
sempat terusir dari Filipina, atas perannya menahan invasi Jepang di
Filipina, Mac Arthur dianugerahi Medal of Honor yang telah sempat dua
kali dinominasikan sebelumnya.
Out of the Box
Pada 31
Desember 1937, Mayor Jenderal Douglas Mac Arthur resmi pensiun dari
Angkatan Darat AS. Namun, hal yang tak terduga muncul. Jepang menyerang
Port Harbor di Hawai pada 7 Desember 1941. Presiden Roosevelt pun tidak
punya pilihan lain.
Ia memanggil kembali Mac
Arthur yang sudah pensiun 3,5 tahun lalu. Surat pensiunnya pun dicabut
dan Arthur diberikan kenaikan pangkat menjadi letnan jenderal. Sekaligus
menjadi panglima AD kawasan Timur Jauh untuk melawan Jepang. Cara
berpikir Arthur dianggap out of the box, tetapi hasilnya selalu
gemilang.
Dari Australia, Arthur bersama
Laksamana Chester W Nimitz merancang operasi kontra ofensif terhadap
Jepang. Titik balik pertama adalah 'Battle of Midway' yang terjadi pada
1942. Dari kode sandi yang berhasil dipecahkan Amerika, diketahui detail
rencana dan kekuatan ofensif Jepang yang saat itu bertujuan menduduki
Port Moresby.
April 1942, ia dinaikkan
pangkatnya menjadi jenderal bintang empat sebagai panglima tertinggi
Sekutu wilayah Pasifik Barat Daya. Berturut-turut Arthur berhasil
menguasai New Guinea, rangkaian kepulauan Pasifik, Morotai, dan merebut
kembali Filipina. Arthur kemudian diangkat sebagai panglima Angkatan
Darat Amerika di Pasifik.
Rencana untuk menduduki tanah Jepang kemudian disiapkan, namun Jepang
keburu menyerah. Ia memimpin upacara penyerahan Jepang di atas kapal
perang USS Missouri pada 2 Desember 1945.
Arthur
kemudian terlibat dalam Perang Korea pada 1950. Memimpin pasukan
perdamain PBB dan memukul mundur pasukan Korea Utara yang dibantu Cina.
Ia mengusulkan rencana merebut beberapa wilayah di Cina, tetapi ditolak
oleh Presiden Harry S Truman.
Arthur
kemudian ditarik kembali ke Washington. Puncaknya, pada 11 April, 1951,
Presiden Truman mencopot Mac Arthur dari struktur kemiliteran dan
dipensiunkan kembali dalam usia 71 tahun. Apa yang dikhawatirkan Arthur
tentang Cina, akhirnya terbukti hingga sekarang.
Jenderal
legendaris itu meninggal pada 5 April 1964 dalam usia 84 tahun. Dunia
mengenang prestasinya dalam beragam pertempuran dan teater perang serta
pidato-pidatonya yang membekas dalam sanubari militer. Beberapa relief
didirikan untuk menghormati dan mengenangnya, termasuk patung Jenderal
Bintang Lima Mac Arthur di Akademi Militer West Point.
Kenangannya
di Morotai pun tersusun dalam Museum PD II bekerja sama dengan Yayasan
Douglas Mac Arthur. Begitu juga dengan Pulau Zum-zum. Pulau kecil yang
dapat ditempuh 10 menit berperahu ke arah barat dari Daruba. Di situ,
terdapat monumen Mac Arthur. Sayang kondisi tidak terawat. Ada patung
torso Arthur, tapi sudah mengelupas.
Ada
pula Air Kaca yang merupakan sebuah ceruk mata air alami di Lingkungan
Joubela Desa Totodoku, Kabupaten Pulau Morotai. Mata air ini memiliki
peran penting bagi Mac Arthur dan anak buahnya. Beningnya mata air
bagaikan cermin. Situs sejarah ini pun tak sebening namanya. Letaknya
tak jauh dari Bandar Udara Pitu, basis pertahanan Sekutu yang kini
dikenal sebagai Bandara Leo Wattimena.
Air
kaca, seperti itu pula saat Mac Arthur memberikan ucapan perpisahannya
sebagai prajurit militer. "Prajurit tua tak pernah mati, dia hanya
memudar," katanya dengan mata berkaca-kaca.
(Selamat Ginting, berbagai
sumber)