Showing posts with label Doni Monardo. Show all posts
Showing posts with label Doni Monardo. Show all posts

23 January 2021

Doni Monardo, Airlangga & Dilema Komunikasi Covid-19

Berfoto dengan Kepala BNPB Letjen Doni Monardo di Graha BNPB.
Foto diambil sebelum pandemi Covid-19 melanda Jakarta dan Indonesia.
Foto: Dokumen Pribadi

Artikel ini tayang di Republika Online pada 23 Januari 2021.

Lekas pulih, Jenderal. Negara masih membutuhkan kiprahmu yang tak kenal menyerah. Salam tangguh.
Sabtu (23/1) pagi ini, saya terkejut ketika mendapatkan informasi Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Letjen TNI Doni Monardo mengumumkan dirinya positif tertular virus corona. Hal ini terjadi di tengah padatnya aktivitas Doni dalam sepekan terakhir. Memimpin penanggulangan bencana gempa bumi Sulawesi Barat dan banjir Kalimantan Selatan.
“Dari hasil tes PCR tadi malam, pagi ini mendapatkan hasil positif Covid-19 dengan CT Value 25. Saya sama sekali tidak merasakan gejala apapun dan pagi ini tetap beraktivitas normal dengan olahraga ringan berjalan kaki 8 kilometer,” tutur Doni dalam siaran pers Sabtu (23/12).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) tersebut, kini tengah melakukan isolasi mandiri sambil terus memantau perkembangan penanganan Covid-19 dan penanganan bencana di berbagai daerah.
Doni mengaku selama ini begitu disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan dengan selalu memakai masker dan mencuci tangan. “Covid-19 ini begitu dekat di sekitar kita. Selama ini saya berusaha sekuat tenaga patuh dan disiplin menjalan protokol kesehatan dan tetap bisa tertular. Dengan kejadian ini saya meminta masyarakat agar jangan kendor dalam memakai masker, menjaga jarak dan jauhi kerumunan, serta rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,” tuturnya.
Doni termasuk pejabat publik yang aktivitasnya luar biasa tiada henti. Saat pandemi menerjang Indonesia, selama lima bulan, ia tidak pulang ke rumahnya. Tidur di kantor. Setelah itu, ia tetap tidur di kantor selama lima hari. Dua hari di rumahnya. Itu pun dengan cacatan jika tidak dinas ke luar kota.
Sungguh, saya tidak berani untuk mengikuti perjalanan dinasnya yang luar biasa sibuk, keliling Indonesia. Saya mengukur diri saat pandemi, tidak bersedia, karena kondisi kesehatan yang tidak terlalu fit.
Pada Rabu (20/1) lalu, saya mengirimkan pesan kepada Doni Monardo via WA. Hal ini terkait dengan kontroversi Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang akhirnya mengaku pada Desember 2020 lalu positif Covid-19.
Kepada Doni Monardo saya kirimkan pesan:
Saya menyesalkan sikap Airlangga Hartarto yang menyembunyikan statusnya, padahal dia pejabat publik. Bahkan sebagai Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN).
Secara ilmu komunikasi, Covid 19 sesungguhnya mengajarkan kita untuk mampu mengatasi dilema komunikasi agar kita menjadi pelindung satu sama lain. Ya, dilema apalagi bagi pejabat publik. Mengaku positif khawatir dibully, tidak mengaku mendidik masyarakat tidak jujur menghadapi pandemi Covid-19.
Keterbukaan informasi merupakan kunci dalam dilema komunikasi saat menghadapi pandemi Covid 19. Terutama pejabat publik. Semoga menjadi pembelajaran untuk kita semua agar bijak dalam dilema menghadapi Covid-19.
Dengan menggunakan pendekatan forensik komunikasi, seperti kata Prof Ibnu Hamad, kita dapat menelisik dilema komunikasi yang dihadapi para pengambil kebijakan terkait pandemi Covid-19.
Doni setuju dan sependapat. Kemudian mengucapkan terima kasih atas masukannya.
Jadi, siapa pun harus terbuka ketika dinyatakan positif Covid-19. Ini bukan aib, namun agar bisa ditelusuri siapa saja yang kontak dengan korban terpapar untuk segera mendapatkan penanganan lanjutan.
Lekas pulih, Jenderal. Negara masih membutuhkan kiprahmu yang tak kenal menyerah. Salam tangguh.

/selamatgintingofficial

17 November 2019

Doni Calon Kuat KSAD



Foto: pojoksatu.id

(Tulisan ini telah dimuat di Harian Republika Rabu, 13 November 2019)

Sisa waktu dinas aktif, satu tahun dua bulan. Idham Aziz masih bisa menjadi orang nomor satu di Mabes Polri. Jenderal Idham Aziz (56 tahun, 10 bulan), ternyata masih bisa menjadi Kepala Polri. Ia menggantikan Jenderal Tito Karnavian yang kini menjadi menteri dalam negeri. 

Melihat fenomena Idham Aziz, maka perwira tinggi TNI AD dengan pangkat letjen dengan usia 56, enam bulan ke atas,  masih berpeluang menjadi calon KSAD mendatang. Ini dengan catatan jika KSAD Jenderal Andika Perkasa dipilih Presiden Jokowi menjadi Wakil Panglima (Wapang) TNI. Jabatan ini kembali dihidupkan melalui peraturan presiden nomor 66 tahun 2019 tentang struktur organisasi TNI. 

KSAD Jenderal Andika (54 tahun, 11 bulan) menjadi kandidat terkuat untuk menjadi Wapang TNI, jika Panglima TNI masih dijabat Marsekal Hadi Tjahjanto (56 tahun, 0 bulan). Hadi masih dua tahun lagi usia pensiunnya. 

Tipis kemungkinan bagi KSAU Marsekal Yuyu Sutisna (57 tahun, 5 bulan) untuk menjadi wapang TNI, mengingat Panglima TNI juga berasal dari Angkatan Udara. Sedangkal KSAL Laksamana Siwi Sukma Adji (57 tahun, 6 bulan), enam bulan lagi akan memasuki masa pensiun.  Jadi, baik Marsekal Yuyu maupun Laksamana Siwi akan pensiun bersamaan. Begitu juga dengan Wakil KSAD Letjen Tatang Sulaiman (57 tahun, 7 bulan), peluangnya menjadi calon KSAD nyaris pupus.

Peluang terbesar

Peluang paling besar untuk kandidat KSAD ada pada Letjen Doni Monardo, lulusan Akmil 1985. Ini merupakan kesempatan kedua bagi Doni. Kesempatan pertama, ia ‘kalah bersaing’ dari Andika Perkasa. Jabatan sebagai Kepala BNPB, setingkat menteri, apakah masih memiliki peluang? Tentu itu menjadi kewenangan Presiden Jokowi. 

Begitu juga dengan Letjen M Herindra (Irjen TNI) dan Letjen AM Putranto (Dankodiklatad). Keduanya sama dengan Andika, lulusan Akmil 1987. Kali ini merupakan kesempatan kedua bagi mereka untuk menjadi KSAD.

Di luar itu, kini peluang terbuka lebar justru bagi empat letjen lulusan Akmil 1986. Satu lulusan dengan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, AAU 1986. Mereka adalah Letjen Joni Supriyanto (Kasum TNI), Letjen Besar Harto Karyawan (Pangkostrad), Letjen Tri Soewandono (Sesmenko Polhukam), serta Letjen Ganip Warsito (Pangkogabwilhan III TNI).

Marsekal Hadi, mungkin lebih ‘merasa senang’  jika KSAD berasal dari lulusan Akmil 1986. Sebaliknya Jenderal Andika, mungkin ‘lebih cocok’ jika penggantinya berasal dari Akmil 1987. Namun, kewenangan itu berada di tangan Jokowi, karena merupakan hak prerogratif presiden.

Jika terjadi pergantian KSAD dalam waktu dekat ini, maka promosi dan mutasi perwira tinggi  akan mengalami gelombang besar-besaran di lingkungan TNI AD. Mengingat ada sejumlah jabatan bintang tiga yang harus segera diisi. Jabatan itu adalah Irjenad, Koorsahli KSAD, Danpusterad, Danpuspomad, Ka RSPAD Gatot Subroto, Danpussenif. 

Apakah pejabat yang sekarang akan otomatis naik pangkat, belum tentu juga. Yang sudah mendapatkan ‘durian runtuh’ dari Perpres No. 66 tahun 2019 adalah Terawan Agus Putranto, lulusan Sepawamil TNI 1990. Bersamaan dengan dilantiknya sebagai menteri kesehatan, bekas kepala RSPAD Gatot Subroto itu, dinaikkan pangkatnya menjadi letjen.

Bukan cuma untuk bintang tiga, perpres baru tersebut juga menaikkan posisi pimpinan lembaga militer dari brigjen menjadi mayjen. Di antaranya untuk kepala pusat atau komandan korps, seperti: kavaleri, artileri medan (armed), artileri pertahanan udara (arhanud), zeni, perhubungan, peralatan, serta pembekalan dan angkutan (bekang).

Begitu juga dengan jabatan yang sebelumnya untuk kolonel, kini menjadi untuk bintang satu di lingkungan korps. Termasuk Komandan Denma Mabesad, dari kolonel menjadi brigjen. Begitu juga para asisten di Markas Kostrad, para inspektur di sejumlah lembaga korps, termasuk beberapa komandan pusat pendidikan korps. 


Kandidat kuat calon KSAD jika Jenderal Andika menjadi Wakil Panglima TNI. Dengan catatan usia pensiunnya masih 1,5 tahun ke atas dan pernah menjadi panglima Kodam:
  1. Letjen Doni Monardo (56 tahun, 6 bulan) Kepala BNPB, Akmil 1985. 
  2. Letjen Joni Supriyanto (55 tahun, 5 bulan) Kasum TNI, Akmil 1986.
  3. Letjen Besar Harto Karyawan (56 tahun, 6 bulan) Pangkostrad, Akmil 1986.
  4. Letjen Tri Soewandono (55 tahun, 11 bulan) Sesmenko Polhukam, Akmil 1986.
  5. Letjen Ganip Warsito, 56 tahun, 0 bulan) Pangkogabwilhan III TNI, Akmil 1986.
  6. Letjen M Herindra (55 tahun, 0 bulan) Irjen TNI, Akmil 1987.
  7. Letjen AM Putranto (55 tahun, 9 bulan) Dankodiklatad, Akmil 1987).

/selamatgintingofficial

Posting Terkini

Belajar dari Brasil dalam Program Makan Bergizi Gratis

    Photo: courtesy cnnindonesia.com Kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Brasil untuk belajar program Makan Bergizi Gratis (MBG) sudah ...