File lawas, released di Republika Online: Senin 15 Desember 2014
Oleh: Selamat Ginting
Morotai yang kini menjadi kabupaten di wilayah Provinsi Maluku Utara
pernah menjadi markas militer sekutu yang dipimpin Jenderal Douglas Mac
Arthur. Morotai bagian barat daya dijadikan basis untuk membebaskan
Filipina dari aneksasi tentara Jepang.
Morotai adalah sebuah pulau kecil yang terletak di Halmahera Utara,
Kepulauan Maluku. Sebagian besar pulau masih tertutup hutan lebat.
Jepang menduduki Morotai pada awal 1942, tetapi tidak menempatkan
pasukannya di Morotai ataupun mengembangkannya.
Pada awal
1944 Morotai muncul sebagai wilayah yang penting bagi militer Jepang
ketika mulai mengembangkan pulau-pulau di Halmahera sebagai titik fokus
untuk mempertahankan Filipina.
Pada Mei 1944 divisi ke-32
Angkatan Darat Kekaisaran Jepang tiba di Halmahera untuk mempertahankan
pulau dan sembilan landasan udaranya. Pertempuran Morotai terjadi pada
15 September 1944 saat akhir Perang Dunia (PD) II.
Pertempuran dimulai ketika tentara Amerika Serikat dan Australia yang
dipimpin Jenderal Douglas Mac Arthur mendarat di Morotai bagian barat
daya. Pertempuran terus berlanjut hingga akhir perang dengan tentara
Jepang menderita korban jiwa yang besar akibat penyakit dan kelaparan.
Ya, jalan berlapis koral di Morotai merupakan peninggalan Korps Zeni
Angkatan Laut Amerika Serikat. Jalan itu masih kukuh dan menjadi tumpuan
utama transportasi di Pulau Morotai. Itulah jalan warisan Jenderal
Douglas Mac Arthur
Setelah Jepang dan Amerika Serikat,
tentara Indonesia pun menjadikan Morotai sebagai pangkalan untuk
menyerang lawan. Dimulai saat penumpasan PRRI-Permesta hingga Trikora.
Korps Zeni Angkatan Darat Indonesia membangun pangkalan darurat di
lautan Morotai untuk landasan pesawat tempur yang akan menyerang wilayah
Papua yang diduduki tentara Belanda.
Siapa sesungguhnya
Douglas Mac Arthur? Ia adalah seorang jenderal dari Korps Zeni Angkatan
Darat Amerika Serikat. Dari Morotai wilayah Indonesia, ia kemudian
ditugaskan untuk memimpin invasi ke Jepang pada November 1945.
Sekaligus, menerima penyerahan Jepang kepada Sekutu pada 2 September
1945. Mac Arthur mengurus pendudukan Jepang dari 1945 sampai 1951 dan
dianggap berjasa menerapkan berbagai perubahan demokratis.
Ia pun memimpin tentara PBB di Korea dari 1950–1951 melawan invasi
Korea Utara. Mac Arthur dicabut dari jabatan pemimpin oleh Presiden
Harry S Truman pada April 1951 karena menentang kebijakan Truman dalam
Perang Korea di depan umum. Mac Arthur bertempur dalam tiga perang
besar, PD I, PD II, dan Perang Korea.
Membahas strategi
perang Mac Arthur saat di Morotai, dunia terhenyak ketika ia
memperkenalkan Leapfrog Strategy atau strategi lompat katak saat
bertugas mengawal pangkalan Amerika di Pasifik. Pasifik merupakan
kawasan yang unik karena hampir 90 persen merupakan lautan luas dengan
pulau-pulau kecil dan sedang di dalamnya.
Hal ini tentu
berbeda dengan kondisi di wilayah kontinen di mana pergerakan pasukan
dapat dengan mudah dilakukan melalui jalan darat atau udara. Lautan luas
tentu menyulitkan pergerakan pasukan karena membutuhkan energi yang
luar biasa untuk merengkuhnya satu demi satu. Ada beberapa pelajaran
menarik yang dapat diambil dari strategi tersebut.
Pertama, ketika tentara Jepang semakin kuat dan mendekati pangkalannya
di Filipina, Mac Arthur segera memindahkan pasukannya ke Australia.
Lebih baik mundur selangkah daripada bertahan sia-sia mengingat kekuatan
Amerika lumpuh setelah Pearl Harbour dihajar Jepang.
Dengan ucapannya yang terkenal, "I shall return", Mac Arthur mulai
menyusun strategi untuk kembali meraih Filipina sekaligus menaklukkan
Jepang.
Kedua, ketika kekuatan mulai pulih, rencana
besar mulai disusun. Langkah awal, menaklukkan pulau-pulau karang atau
atol yang dikuasai Jepang di Pasifik. Ia tidak langsung merebut
pulau-pulau besar karena kondisi alam berupa lautan memerlukan kekuatan
besar untuk merebut sebuah pulau besar. Terbukti kemudian, pertempuran
di Midway dan Kwajalein menjadi titik balik kemenangan Amerika di
Pasifik.
Ketiga, setelah menguasai pulau karang,
langkah selanjutnya adalah menguasai kepulauan berukuran sedang, seperti
Kepulauan Solomon dan New Guinea (Papua Nugini). Barulah, setelah itu
melangkah lebih jauh, merebut Filipina dari genggaman tentara Jepang.
Ya, semua berjalan terstruktur. Langkah demi langkah, sabar dan
konsisten. Itulah kunci kemenangan pasukan Mac Arthur di Pasifik atas
Jepang. Begitulah si Zenis (Korps Zeni) Mac Arthur dengan pangkat
terakhir jenderal besar bintang lima terkenal dengan penampilannya
menempelkan cangklong besar di bibirnya.
Mac Arthur,
satu-satunya jenderal yang bertempur di tiga perang besar: PD I, PD II,
dan Perang Korea. Dengan rekam jejaknya, sesungguhnya ia pantas menjadi
Presiden Amerika Serikat. Tapi, hal itu tidak pernah terjadi.
Bahkan, karier militernya berakhir secara tragis. Dia dipecat oleh
Presiden Harry S Truman karena menentang kebijakan dalam Perang Korea.
Truman sebetulnya musuh politik Mac Arthur yang sangat khawatir bersaing
secara terbuka.
Kendati demikian, Mac Arthur tidak sakit
hati atau memelihara dendam terhadap Truman. Dia sebetulnya merupakan
saingan utama Truman untuk menduduki kursi Gedung Putih. Dia juga tidak
berusaha melengserkan Truman dari kekuasaan.
McArthur
meninggal pada 1964 tanpa pernah memperoleh rehabilitasi. Tapi, namanya
tetap harum. Ucapan-ucapannya mengandung filosofi.
"I
shall return" dan "old soldiers never die, they are just fading away"
merupakan dua ungkapan Mac Arthur yang paling kesohor di dunia. "I shall
return" diungkapkannya ketika Presiden AS Franklin D Roosevelt
mengungsikannya ke Australia dari Filipina.
/selamatgintingofficial