Foto: youtube.com/TNI AD |
Presiden hampir dapat dipastikan akan memilih Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa sebagai Panglima TNI menggantikan Marsekal Hadi Tjahjanto. Hadi Tjahjanto akan berusia 58 tahun pada 8 November 2021 mendatang, usia pensiun TNI.
Hal itu dikemukakan pengamat komunikasi politik dan militer dari Universitas Nasional (Unas) Selamat Ginting terkait sinyal kunjungan Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno ke Mabesad pada Senin (11/10/2021).
“Ini sinyal
politik yang kuat berdasarkan teori interaksi simbolik. Sebagai orang Jawa,
Presiden Jokowi senang menggunakan simbol-simbol dalam berkomunikasi. Jadi
itulah interpretasinya,” kata Selamat Ginting dalam kanal youtube SGinting Official dan Hersubenopoint dari FNN, yang ditayangkan pada Selasa (12/10) berjudul:
Kompromi Politik Jokowi Pilih
Jenderal Andika sebagai Panglima TNI.
Teori interaksi simbolik, kata Selamat Ginting adalah teori
yang memiliki asumsi bahwa manusia membentuk makna melalui proses komunikasi.
Teori ini fokus pada pentingnya konsep diri dan persepsi yang dimiliki individu
berdasarkan interaksi dengan individu yang lain.
“Ini interaksi antara
individu utusan istana dengan yang individu yang dikunjungi yakni Jenderal
Andika Perkasa dengan pesan komunikasi simbolik,” lanjut Ginting, wartawan
senior yang kini menjadi akademisi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) Unas, Jakarta.
Jika mengacu kepada teori dari Helbart Blumer, kata Ginting,
ada tiga asumsi dari teori kedatangan Mensesneg ke Mabesad. Yakni, manusia bertindak
berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka; makna diciptakan
dalam interaksi antar-manusia; dan makna dimodifikasi melalui interpretasi.
Berdasarkaj ketiga makna tersebut, menurut Selamat Ginting,
kuat dugaan inilah pesan komunikasi dari Presiden Jokowi bahwa Jenderal Andika
Perkasa akan menjadi pengganti Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai Panglima TNI.
Apalagi, Mensesneg tidak mengunjungi Mabesal, kantor dari Laksamana Yudo
Margono dan tidak juga ke Mebesau, kantor Marsekal Fadjar Prasetyo. Seperti
diketahui calon Panglima TNI adalah para perwira tinggi yang pernah atau sedang
menduduki jabatan kepala staf angkatan.
Menurutnya, pesan penting Mensesneg ke Mabesad, tidak
berdiri sendiri. Sebab, pada Hari TNI 5 Oktober 2021 lalu, Presiden Jokowi saat
menyaksikan parade kendaraan tempur di depan istana, mengatakan begini, “Ya
sudah itu bisa jalan, yang menyopiri Pak Andika Perkasa saja,” paparnya.
Padahal di situ, lanjut Selamat Ginting, bukan hanya ada
Andika Perkasa saja. Tapi juga ada Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana
Yudo Margono dan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo.
Dari dua interaksi simbolik itu, Selamat Ginting
berkesimpulan bahwa kemungkinan besar Presiden Jokowi sudah memutuskan, Panglima
TNI adalah Jenderal Andika Perkasa. Dia perwira tinggi bintang empat paling senior
dibandingkan Laksamana Yudo Margono maupun Marsekal Fadjar Prasetyo. Andika
Perkasa lulusan Akademi Militer (Akmil) tahun 1987, Yudo Margono lulusan
Akademi Angkatan Laut (AAL) 1988-A, dan Fadjar Prasetyo lulusan Akademi
Angkatan Udara (AAU) 1988-B.
“Walaupun waktunya singkat, hanya satu tahun dua bulan, ini
akan menggunakan model ketika Presiden Jokowi mengangkat Jenderal Polisi Idham
Azis sebagai Kepala Polri. Waktunya juga sama sekitar satu tahun dua bulan,”
tegasnya.
Tidak Lazim
Diakui Ginting bahwa sesungguhnya tidak lazim, Panglima TNI
hanya memiliki waktu yang sangat singkat, hanya sekitar satu tahun dua bulan. “Memang
tidak lazim Panglima TNI hanya punya waktu satu tahun dua bulan, sebenarnya
kurang efektif.”
Namun, lanjutnya, TNI punya pengalaman juga ketika Jenderal Edi
Sudrajat pada era Soearto tahun 1993. Saat itu Jenderal Edi hanya menjabat tiga
bulan saja menjadi Panglima TNI. Dia merangkap jabatan KSAD dan Menteri
Pertahanan Keamanan (Menhankam). Tetapi kemudian, satu per satu jabatan
dicopot. KSAD digantikan Letjen Wismoyo Arismunandar, dan Panglima TNI
digantikan oleh Jenderal Feisal Tanjung. Akhirnya Edi Sudrajat hanya menjabat
Menhankam.
“Jadi saya melihat bahwa ini isyarat kuat dari istana bahwa
Andika Perkasa akan menjadi Panglima TNI, kendati waktu menjabatnya hanya
sekitar satu tahun dua bulan saja. Tetapi ada satu cacatan, bisa saja Presiden
memperpanjang usia pesiunnya,” paparnya.
Dalam prediksi Selamat
Ginting, penunjukan Andika Perkasa menjadi Panglima TNI, menandakan bahwa Presiden
Jiokowi sedang menempuh pola sama-sama enak, baik bagi Andika maupun Yudo dan
Fadjar. “Pola win-win solutions akan dipakai dalam pengertian setelah
Andika Perkasa menjadi Panglima TNI, kemungkinan akan digantikan oleh Yudo
Margono menjadi Panglima TNI berikutnya,” kata Ginting.
Penunjukan Andika
Perkasa, diyakini Ginting setelah Jokowi meminta pendapat dari empat orang
berpengaruh di lingkaran politiknya. Setidaknya Presiden Jokowi akan menanyakan
kepada empat orang untuk mencari figur yang pas menjadi Panglima TNI. Pertama Megawati
Sukarnoputri sebagai Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Megawatidiperkirakan akan cenderung memilih Andika ketimbang Yudo Margono.
Kedua, Menhankam
Prabowo Subianto, ketiga menteri ‘paling kuat’ pengaruhnya saat ini, yakni Luhut
Binsar Panjaitan. Dan keempat, Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres)
Wiranto. Ketiga orang tersebut, kebetulan juga berasal dari matra darat. Jadi
ada kecenderungan ketiganya akan lebih menyarankan nama Andika Perkasa
ketimbang Yudo Margono.
“Inilah makna
kedatangan Mensesneg Pratikno ke Mabes TNI AD. Berdasarkan teori interaksi
simbolik. Jadi, kuat dugaan saya Jenderal Andika Perkasa akan diplot menjadi
Panglima TNI pengganti Marsekal Hadi Tjahjanto,” ujar Selamat Ginting.