Foto: nkriku.com |
Berdasarkan teori interaksi simbolik, diduga kuat Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa akan diplot menjadi Panglima TNI menggantikan Marsekal Hadi Tjahjanto. Pilihan pada Andika sudah melalui pertimbangan yang matang.
Demikian
analisa pengamat komunikasi politik dan Militer dari Universitas Nasional
(Unas) Jakarta, Selamat Ginting dalam kanal youtube SGinting
Official dan Hersubenopoint dari FNN,
yang ditayangkan pada Selasa (12/10) berjudul: Kompromi Politik Jokowi
Pilih Jenderal Andika sebagai Panglima TNI.
Setelah
Andika Perkasa pensiun pada Desember 2022 mendatang, kata Ginting, penggantinya
kemungkinan tidak dari TNI AD lagi. Sebab jika hal itu dilakukan, maka TNI AL
akan kehilangan kesempatan dua kali menjadi Panglima TNI.
“Ini
akan berakibat kurang bagus untuk soliditas TNI ke depan. Sebagai kompromi, ia
melihat kemungkinan Presiden Jokowi akan segera merealisasikan penggunaan
Peraturan Presiden (Perpres) No.66 tahun 2019. Dalam perpres tersebut, ada
posisi Wakil Panglima TNI. Kemungkinan Yudo Margono bisa menjadi Wakil Panglima
TNI, jika tidak ada perubahan dari dinamika politik yang berkembang,” tegasnya.
Posisi
Wakil Panglima TNI di era reformasi, lanjut Ginting, pernah digunakan dua kali.
Pertama era Presiden BJ Habibie. Panglima TNI Wiranto didampingi Wakil Panglima
TNI Laksamana Widodo AS. Kemudian saat Presiden Abdurachman Wahud (Gus Dur).
Panglima TNI dijabat Laksamana Widodo AS dan Wakil Panglima TNI Jenderal
Fachrul Razi.
Jadi,
papar Ginting, saat Andika jadi Panglima TNI, kemungkinan wakil Panglima TNI
bisa diisi oleh Yudo Margono. Sehingga harus ada KSAL sebagai
penggantinya. Karena publik juga bertanya, untuk ada ada Perpres
66/2019 jika tidak digunakan posisi orang nomor dua di Mabes TNI. Namun, jika
Perpres itu tidak digunakan, Yudo akan tetap menjadi KSAL.
“Mungkin
jika Laksamana Yudo boleh memilih, antara menjadi KSAL atau Wakil Panglima TNI,
kemungkinan dia akan lebih memilih menjadi KSAL. Kepala Staf Angkatan itu punya
kuasa di Mabes matra masing-masing. Sementara di Mabes TNI, kuasa dipegang
Panglima TNI, sedangkan Wapang TNI hanya cadangan saja.
Namun,
setelah Presiden Joko Widodo sukses menjadikan Andika Perkasa menjadi Panglima
TNI, tak serta-merta posisi orang nomor satu di Republik ini sudah kuat. Sebab
Andika hanya akan menjabat sekitar satu tahun dua bulan saja, dengan catatan
jika tidak ada perpanjangan masa pensiun.
Jokowi
harus memikirkan sosok pimpinan TNI yang sesuai dengan seleranya. Ia harus
mengkader pimpinan TNI, bahkan sampai peralihan kekuasaan pada Oktober 2024
mendatang.
Selamat
Ginting menegaskan bahwa Presiden Jokowi harus menyiapkan sosok pimpinan TNI
yang memiliki jejak hubungan baik dengannya. Letjen Dudung Abdurachman, kata
Ginting memiliki posisi kuat menduduki jabatan KSAD menggantikan Andika
Perkasa.
Solo
Conection
Yang
juga menarik, kata Ginting, justru siapa yang bakal menggantikan posisi
Pangkostrad yang ditinggalkan Dudung Abdurrahman. Menurut keyakinan Selamat
Ginting, calon Pangkostrad yang akan dipilih Jokowi adalah Mayjen Agus Subianto,
kini Pangdam Siliwangi. “Lulusan Akmil 1991 itu merupakan sosok yang paling
mungkin menduduki jabatan Pangkostrad, antara lain berdasarkan interaksi
komunikasi dengan Presiden Jokowi,” katanya.
Sementara
calon alternatif kedua yang bisa menduduki Pangkostrad, menurut Ginting, adalah
Mayjen Maruli Simanjuntak yang saat ini menjadi Pangdam Udayana. Maruli lulusan
Akmil 1992 dan menantu dari Menteri Luhut Binsar Pandjaitan, Menko Marves.
“Agus dan Maruli orang dekat lingkaran Jokowi. Keduanya kebetulan pernah menjadi Komandan Pasukan Pengamanan Presiden. Agus Subianto juga pernah menjadi Komandan Kodim di Solo pada 2009-2011, saat Walikota Solo dijabat Joko Widodo,” ungkap Ginting yang malang melintang menjadi wartawan masalah pertahanan keamanan selama sekitar 30 tahun.
Jadi, kata dia, ada interaksi Solo Connection, istilahnya. Maruli Simanjuntak juga Solo Connection, karena sebelumnya pernah menjadi Komandan Korem Warastatama di Solo. Sebelumnya juga pernah menjadi Komandan Grup A Paspampres, dimana pemegang kendali pengamanan presiden. Kalau Grup B wakil presiden. Ini betul betul orang orang pilihan. Backround-nya Kopassus,” papar Ginting.
Maruli, lanjut Selamat Ginting, masih terlalu muda jika dilihat dari usianya yakni 51 tahun. Jadi masih panjang karier militernya. Sedangkan Agus Subiyanto sudah berusia 54 tahun. Selisih usianya sekitar tiga tahun.
Sementara untuk Pangdam Jaya, kata Ginting, Jokowi akan memilih pengganti Mayjen Mulyo Aji. Dia seangkatan dengan Andika Perkasa, Akmil 1987. Mulyo Aji kemungkinan akan mendapatkan promosi bintang tiga. Mulyo pernah menjadi Danrem di Solo. Solo Connection juga. Jadi okowi betul-betul membutuhkan lingkaran dekatnya untuk menopang kekuasaannya agar lebih aman dari kalangan militer.
Kemungkinan, lanjut Ginting, Mulyo Aji akan dipromosikan menjadi Sekretaris Menkopolhukan menggantikan Letjen Tri Soewandono yang akan segera pensiun Desember 2021 ini.
“Jokowi tidakakan mengabaikan orang-orang yang pernah bekerja sama dengan dia,” pungkas Ginting.
/selamatgintingofficial