09 July 2019

Lompat Katak Si Zenis

File lawas, released di Republika Online: Senin 15 Desember 2014
Oleh: Selamat Ginting
 
Morotai yang kini menjadi kabupaten di wilayah Provinsi Maluku Utara pernah menjadi markas militer sekutu yang dipimpin Jenderal Douglas Mac Arthur. Morotai bagian barat daya dijadikan basis untuk membebaskan Filipina dari aneksasi tentara Jepang.
 
Morotai adalah sebuah pulau kecil yang terletak di Halmahera Utara, Kepulauan Maluku. Sebagian besar pulau masih tertutup hutan lebat. Jepang menduduki Morotai pada awal 1942, tetapi tidak menempatkan pasukannya di Morotai ataupun mengembangkannya.

Pada awal 1944 Morotai muncul sebagai wilayah yang penting bagi militer Jepang ketika mulai mengembangkan pulau-pulau di Halmahera sebagai titik fokus untuk mempertahankan Filipina.

Pada Mei 1944 divisi ke-32 Angkatan Darat Kekaisaran Jepang tiba di Halmahera untuk mempertahankan pulau dan sembilan landasan udaranya. Pertempuran Morotai terjadi pada 15 September 1944 saat  akhir Perang Dunia (PD) II. 

Pertempuran dimulai ketika tentara Amerika Serikat dan Australia yang dipimpin Jenderal Douglas Mac Arthur mendarat di Morotai bagian barat daya. Pertempuran terus berlanjut hingga akhir perang dengan tentara Jepang menderita korban jiwa yang besar akibat penyakit dan kelaparan. 

Ya, jalan berlapis koral di Morotai merupakan peninggalan Korps Zeni Angkatan Laut Amerika Serikat. Jalan itu masih kukuh dan menjadi tumpuan utama transportasi di Pulau Morotai. Itulah jalan warisan Jenderal Douglas Mac Arthur

Setelah Jepang dan Amerika Serikat, tentara Indonesia pun menjadikan Morotai sebagai pangkalan untuk menyerang lawan. Dimulai saat penumpasan PRRI-Permesta hingga Trikora. Korps Zeni Angkatan Darat Indonesia membangun pangkalan darurat di lautan Morotai untuk landasan pesawat tempur yang akan menyerang wilayah Papua yang diduduki tentara Belanda. 

Siapa sesungguhnya Douglas Mac Arthur? Ia adalah seorang jenderal dari Korps Zeni Angkatan Darat Amerika Serikat. Dari Morotai wilayah Indonesia, ia kemudian ditugaskan untuk memimpin invasi ke Jepang pada November 1945. Sekaligus, menerima penyerahan Jepang kepada Sekutu pada 2 September 1945. Mac Arthur mengurus pendudukan Jepang dari 1945 sampai 1951 dan dianggap berjasa menerapkan berbagai perubahan demokratis.
 
Ia pun memimpin tentara PBB di Korea dari 1950–1951 melawan invasi Korea Utara. Mac Arthur dicabut dari jabatan pemimpin oleh Presiden Harry S Truman pada April 1951 karena menentang kebijakan Truman dalam Perang Korea di depan umum. Mac Arthur bertempur dalam tiga perang besar, PD I, PD II, dan Perang Korea.
 
Membahas strategi perang Mac Arthur saat di Morotai, dunia terhenyak ketika ia memperkenalkan Leapfrog Strategy atau strategi lompat katak saat bertugas mengawal pangkalan Amerika di Pasifik. Pasifik merupakan kawasan yang unik karena hampir 90 persen merupakan lautan luas dengan pulau-pulau kecil dan sedang di dalamnya.
 
Hal ini tentu berbeda dengan kondisi di wilayah kontinen di mana pergerakan pasukan dapat dengan mudah dilakukan melalui jalan darat atau udara. Lautan luas tentu menyulitkan pergerakan pasukan karena membutuhkan energi yang luar biasa untuk merengkuhnya satu demi satu. Ada beberapa pelajaran menarik yang dapat diambil dari strategi tersebut. 
 
Pertama, ketika tentara Jepang semakin kuat dan mendekati pangkalannya di Filipina, Mac Arthur segera memindahkan pasukannya ke Australia. Lebih baik mundur selangkah daripada bertahan sia-sia mengingat kekuatan Amerika lumpuh setelah Pearl Harbour dihajar Jepang. 

Dengan ucapannya yang terkenal, "I shall return", Mac Arthur mulai menyusun strategi untuk kembali meraih Filipina sekaligus menaklukkan Jepang.
 
Kedua, ketika kekuatan mulai pulih, rencana besar mulai disusun. Langkah awal, menaklukkan pulau-pulau karang atau atol yang dikuasai Jepang di Pasifik. Ia tidak langsung merebut pulau-pulau besar karena kondisi alam berupa lautan memerlukan kekuatan besar untuk merebut sebuah pulau besar. Terbukti kemudian, pertempuran di Midway dan Kwajalein menjadi titik balik kemenangan Amerika di Pasifik.
 
Ketiga, setelah menguasai pulau karang, langkah selanjutnya adalah menguasai kepulauan berukuran sedang, seperti Kepulauan Solomon dan New Guinea (Papua Nugini). Barulah, setelah itu melangkah lebih jauh, merebut Filipina dari genggaman tentara Jepang.
 
Ya, semua berjalan terstruktur. Langkah demi langkah, sabar dan konsisten. Itulah kunci kemenangan pasukan Mac Arthur di Pasifik atas Jepang. Begitulah si Zenis (Korps Zeni) Mac Arthur dengan pangkat terakhir jenderal besar bintang lima terkenal dengan penampilannya menempelkan cangklong besar di bibirnya.
 
Mac Arthur, satu-satunya jenderal yang bertempur di tiga perang besar: PD I, PD II, dan Perang Korea. Dengan rekam jejaknya, sesungguhnya ia pantas menjadi Presiden Amerika Serikat. Tapi, hal itu tidak pernah terjadi.

Bahkan, karier militernya berakhir secara tragis. Dia dipecat oleh Presiden Harry S Truman karena menentang kebijakan dalam Perang Korea. Truman sebetulnya musuh politik Mac Arthur yang sangat khawatir bersaing secara terbuka.

Kendati demikian, Mac Arthur tidak sakit hati atau memelihara dendam terhadap Truman. Dia sebetulnya merupakan saingan utama Truman untuk menduduki kursi Gedung Putih. Dia juga tidak berusaha melengserkan Truman dari kekuasaan.

McArthur meninggal pada 1964 tanpa pernah memperoleh rehabilitasi. Tapi, namanya tetap harum. Ucapan-ucapannya mengandung filosofi.
"I shall return" dan "old soldiers never die, they are just fading away" merupakan dua ungkapan Mac Arthur yang paling kesohor di dunia. "I shall return" diungkapkannya ketika Presiden AS Franklin D Roosevelt mengungsikannya ke Australia dari Filipina.

/selamatgintingofficial

No comments:

Post a Comment

Posting Terkini

Selamat Ginting Prediksi Dudung Kepala BIN, Agus Subiyanto KSAD

Photo: tribunnews.com Analis politik dan militer Universitas Nasional (Unas) Selamat Ginting memprediksi Jenderal Dudung Abdurachman akan me...