Credit Photo: CNN |
Enzo
Zenz Allie akhirnya resmi dilantik menjadi prajurit taruna (pratar)
pada akhir Oktober 2019 lalu. Pemuda keturunan Prancis itu berhasil
mengikuti pendidikan dasar militer sejak tiga bulan lalu di Akademi
Militer (Akmil) Magelang.
Bahkan
namanya tercantum sebagai ranking tiga prajurit taruna Akmil (TNI AD).
Ranking pertama diraih Jonathan Kevin Maulitua Simanjuntak. Ranking
kedua, Muhammad Zuhran Ali Sagaf. Dan ranking ketiga Enzo Zenz Allie.
Enzo
sempat viral saat mengikuti tes penentuan terakhir menjadi calon taruna
(catar). Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang memimpin sidang
mewawancarai Enzo dalam bahasa Prancis.
Media sosial sempat dibuat bising dengan tuduhan Enzo terpapar ideologi
anti Pancasila. Namun hasil penyelidikan TNI menyatakan Enzo tidak
terpapar ideologi selain Pancasila. Bahkan hasil tes ideologinya
memperoleh nilai tinggi.
Jika
digabung dengan seluruh taruna TNI (AD, AL, AU) yang berjumlah 596
orang, Enzo diperingkat kelima. Namun jika digabung taruna TNI dengan
taruna Kepolisian berjumlah 859 orang, Enzo berada di peringkat
kesembilan.
Di peringkat
kedelapan adalah Irfan Urane Aziz (Akpol), anak dari Kepala Polri
Jenderal Idham Aziz. Dari 10 orang terbaik yang menjadi prajurit taruna
dan bhayarangkara dua taruna, TNI AD menempatkan tiga orang, TNI AL satu
orang, TNI AU satu orang. Kepolisian menempatkan lima orang.
Taruna
Akmil, kadet AAL, karbol AAU, kembali akan melanjutkan pendidikan
lapangan. Survival di hutan selama empat bulan. Jika lulus mereka berhak
menyandang pangkat kopral taruna (koptar) Akmil, kopral kadet AAU, dan
kopral karbol AAU. Berbeda dengan taruna TNI, maka taruna kepolisian
pendidikan di kelas Akpol di Semarang.
Pendidikan perwira
Jenjang
kepangkatan dan lamanya pendidikan di Akademi TNI sebagai berikut:
calon prajurit taruna (tiga bulan). Kemudian, prajurit taruna (empat
bulan), dan kopral taruna (sembilan bulan) - taruna tingkat I. Sersan
taruna (satu tahun) - taruna tingkat II. Sersan mayor dua taruna (satu
tahun) - taruna tingkat III. Dan sersan mayor satu taruna (satu tahun) -
taruna tingkat IV.
Jika
berhasil melalui pendidikan selama lebih dari empat tahun, mereka berhak
menyandang pangkat letnan dua (letda) untuk TNI dan inspektur dua
(ipda) untuk polisi.
Setelah
itu langsung berdinas? Tunggu dulu. Mereka masih akan melanjutkan
pendidikan kecabangan sesuai korps masing-masing, selama enam bulan.
Jadi, jika ditotal sejak menjadi calon taruna, maka mereka menghabiskan
waktu untuk pendidikan hampir lima tahun.
Maka
wajar, para letnan dua atau inspektur dua ini disetarakan dengan
lulusan sarjana strata satu (S1) atau diploma empat dengan gelar Sarjana
Terapan Pertahanan.
Untuk
pendidikan kecabangan sesuai korps di TNI AD, misalnya. Mereka
bergabung dengan lulusan Sekolah Calon Perwira (Secapa) AD. Mereka
berasal dari bintara paling singkat telah mengabdi menjadi anggota TNI
selama 12 tahun atau pangkat sersan kepala selama minimal dua tahun. Dan
lulus tes untuk menjadi calon Mereka digembleng di Secapa AD selama
delapan bulan.
Untuk
TNI-AD ditempuh melalui Secapa di Bandung. TNI-AL di Pusat Latihan dan
Pendidikan Dasar Kemiliteran, Kodiklatal, Surabaya. Untuk TNI-AU
ditempuh melalui Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) di Skadron
Pendidikan 401 Lanud Adisumarmo di Surakarta. Semuanya sama dididik
selama delapan bulan.
Selain
itu ada juga siswa dari lulusan D3 atau S1 dari umum yang berhasil
lulus Pendidikan Pertama Perwira Prajurit Karier (Pa PK TNI) selama
tujuh bulan. Untuk pendidikan siswa di Akmil, Magelang dan siswi di
Pusdik Kowad, Bandung.
Ada
pula Siswa Sekolah Penerbang Prajurit Sukarela Dinas Pendek TNI
(Sekbang PSDP TNI) yang berhasil menyelesaikan beberapa tahapan
pendidikan. Enam bulan di Lanud Adisumarmo, Surakarta. Dua puluh tiga
bulan di Lanud Adisucipto, Yogyakarta. Empat bulan di Lembaga Pendidikan
masing-masing angkatan. TNI AD di Semarang, TNI AL di Surabaya.
Jadi,
pendidikan kecabangan korps diikuti siswa-siswa dari empat jalur
lulusan, untuk TNI AD: Akmil, Secapa AD, Sepa PK TNI, dan Sekbang PSDP
TNI.
Patriot bangsa
Kembali
ke Enzo. Saat pelantikan menjadi prajurit taruna Akmil, ia kembali
menjadi pusat perhatian. Banyak yang memberikan hadiah untuk Enzo.
Termasuk buku biografi Kapten Zeni (Anumerta) Pierre Andreas Tendean,
berjudul Sang Patriot.
Pierre
Tendean gugur dalam peristiwa G.30S/PKI 1965. Ia menjadi perisai
Jenderal AH Nasution, Kepala Staf ABRI. Pierre Tendean juga keturunan
Prancis dari ibunya.
Tentu si pemberi buku berharap. Enzo bisa seperti Pierre. Walau keturunan asing, jangan ragukan nasionalismenya.
Kita
beruntung, Enzo punya kemampuan berbahasa Inggris, Prancis, Jerman,
Belanda, dan Arab. Kelak saat berpangkat kolonel senior, ia berpotensi
menjadi atase pertahanan di Eropa, Amerika atau jazirah Arab.
Jalanmu
masih panjang Enzo. Selamat kembali masuk hutan selama empat bulan ke
depan. Semoga anak yatim ini berhasil menjadi perwira Angkatan Darat
yang cemerlang.
Bangga
dengan bangsa dan negaranya, agamanya, serta orangtuanya. Kibarkan
panji-panji MERAH PUTIH untuk persada negeri. Jangan tinggalkan
kewajiban sebagai Muslim dan sebagai ksatria bangsa.
Hormat untuk perjuanganmu.
/Gins