Foto: Divisi Infanteri 2 Kostrad |
"Pimpinan TNI mau pilih Panglima Kostrad berasal dari mana? Profesional, lulusan Akmil terbaik, atau yang dekat dengan Presiden Jokowi?” kata Selamat Ginting di Jakarta, Rabu (19/1/2021).
Pengamat komunikasi politik dan militer dari Universitas Nasional (Unas) Selamat Ginting mengungkapkan, ada tiga kelompok calon kuat panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad). Pertama, kelompok jenderal profesional dan berpengalaman di Kostrad. Kedua, kelompok jenderal lulusan Akademi Militer (Akmil) terbaik. Ketiga, kelompok jenderal yang terkoneksi dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sedangkan kelompok keempat adalah kelompok di luar ketiganya.
“Pimpinan
TNI mau pilih Panglima Kostrad berasal dari mana? Profesional, lulusan Akmil
terbaik, atau yang dekat dengan Presiden Jokowi?” kata Selamat Ginting di
Jakarta, Rabu (19/1/2021).
Profesional
dan Berpengalaman
Menurut
Selamat Ginting, kelompok pertama, adalah Mayor Jenderal (Mayjen) Achmad
Marzuki (55 tahun) dan Mayjen Agus Suhardi (56,5 tahun). Keduanya bertugas di
Kostrad selama sekitar 23 tahun. Marzuki abituren (lulusan) Akmil 1989, saat
ini sebagai Asisten Teritorial (Aster) Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Sedangkan
Agus Suhardi, abituren Akmil 1988-A, saat ini sebagai Panglima Kodam Sriwijaya
di Sumatra Selatan.
“Marzuki sebelum
menjadi Aster KSAD, adalah Panglima Kodam Iskandar Muda di Aceh. Ia pernah menjadi
Inspektur Kostrad, Panglima Divisi Infanteri (Divif) 3 Kostrad. Dua kali dengan
pangkat mayjen menduduki jabatan di Kostrad,” ujar Selamat Ginting yang
berpengalaman meliput di lingkungan militer selama lebih dari 25 tahun.
Marzuki,
lanjutnya, mengawali karier militernya pada 1990 di Batalyon Infanteri (Yonif)
503 Brigade Infanteri (Brigif) 18, Divif 2 Kostrad. Ia termasuk perwira tinggi Angkatan Darat yang
paling banyak tugas operasi tempurnya sekitar 12-13 kali. “Marzuki sangat layak
menjadi Panglima Kostrad dengan beragam tugas dan jabatannya di Kostrad.
Profesional dan berpengalaman,” ungkap Ginting.
Ada pun Agus
Suhardi, hanya pada saat pangkat mayor, dia tidak sempat bertugas di Kostrad.
Selebihnya ia malang melintang di Kostrad. Ia mengawali dinas militernya pada
1989 di Yonif Lintas Udara (Linud) 501, Brigif 18, Divif 2 Kostrad.
“Pernah menjadi komandan peleton, komandan kompi, dua kali menjadi komandan batalyon, asisten operasi Divif 1, komandan Brigif Linud, Kepala Staf Divif 1 dan Divif 2 sampai Panglima Divif 2 Kostrad. Namun, Agus Suhardi kalah banyak dalam tugas operasi dibandingkan Marzuki. Jadi, Agus Suhardi juga sangat layak menjadi Pangkostrad. Profesional dan berpengalaman pula,” jelas Ginting.
Simak video "DEKAT DENGAN JOKOWI MENANTU LUHUT CALON KUAT PANGKOSTRAD"
Lulusan
Terbaik
Kelompok
kedua, menurut Selamat Ginting, adalah perwira tinggi lulusan Akmil terbaik.
Ada dua orang, yakni Mayjen I Nyoman Cantiasa (54,5 tahun), lulusan terbaik Akmil
1990 dan Mayjen Teguh Pudjo Rumekso, lulusan terbaik Akmil 1991.
Mayjen
Cantiasa, kini menjadi Panglima Kodam Kasuari di Papua Barat. Sedangkan Mayjen
Teguh Pudjo (54 tahun), saat ini sebagai Panglima Kodam Mulawarman di
Kalimantan Timur. Cantiasa yang berasal dari Korps Infanteri Komando Pasukan
Khusus (Kopassus), pernah tugas di Kostrad sebagai komandan peleton dan
komandan kompi di Yonif Linud 328 Brigif 17, Divif 1 Kostrad.
“Usai
bertugas di Yonif 328 Kostrad, Cantiasa malang melintang tugas di Kopassus
hingga menjadi Komandan Jenderal Kopassus. Jadi, Cantiasa juga punya peluang
menjadi Pangkostrad,” ujar Selamat Ginting.
Ada pun
Mayjen Teguh Pudjo, lanjut Ginting, memang belum pernah bertugas di Kostrad.
Namun bukan berarti dia tidak punya peluang. Jenderal Dudung Abdurachman,
misalnya, belum pernah tugas di Kostrad, namun bisa menjadi Pangkostrad. Begitu
juga dengan sejumlah pangkostrad lainnya.
“Teguh Pudjo adalah perwira spesialis intelijen tempur. Ia pernah menjadi Komandan Pusat Kesenjataan Infaneri serta Komandan Pusat Penerbang Angkatan Darat. Ia tetap punya pelaung menjadi Pangkostrad.”
Koneksi
Presiden Jokowi
Selamat
Ginting mengungkapkan, kelompok ketiga adalah jenderal yang terkoneksi dengan
Presiden Jokowi karena pernah menjadi Komandan Pasukan Pengamanan Presiden
(Paspampres) Jokowi. Mereka adalah Mayjen Agus Subiyanto (54,5 tahun) dan Mayjen
Maruli Simanjuntak (52 tahun).
Agus
Subiyanto, abituren Akmil 1991 dari Infanteri Kopassus, pertama kali terkoneksi
dengan Jokowi, saat ia menjadi Komandan Kodim di Solo, Jawa Tengah pada 2009-2011.
Saat itu Jokowi masih sebagai Walikota Solo. Ia kembali terkoneksi dengan
Jokowi sebagai Komandan Paspampres pada 2020-2021. Kini ia menjadi Panglima
Kodam Siliwangi di Jawa Barat.
Agus Subiyanto pernah tugas di Kostrad pada 2011
sebagai Wakil Asisten Operasi Divisi Infanteri 2/Kostrad.
Di Kopassus, antara lain pernah menjadi Komandan Batalyon 22 Grup 2 Kopassus
dan Kepala Penerangan Kopassus.
“Ia masih tergolong lulusan muda, yakni abituren
Akmil 1991 bersama Mayjen Teguh Pudjo. Peluang Mayjen Agus Subiyanto besar,
karena dia darah biru istana. Presiden Jokowi tentu berkepentingan Panglima
Kostrad adalah orang yang dikenalnya dengan baik,” ungkap Ginting.
Sedangkan Mayjen Maruli Simanjuntak merupakan calon
Pangkostrad paling muda. Abituren Akmil 1992 dari Korps Infanteri Kopassus ini pernah
menjadi Komandan Detasemen Tempur Cakra pada 2002. Detasemen ini merupakan
gabungan Kopassus dan Kostrad. Selebihnya, Maruli lama bertugas di Kopassus.
Antara lain sebagai Danyon 21 Grup 2/Sandi Yudha (2008-2009), Komandan Sekolah
Komando Pusdikpassus (2009-2010), Wakil Komandan Grup 1/Para Komando (2010-2013),
Komandan Grup 2/Sandi Yudha (2013-2014), serta Asisten Operasi Danjen Kopassus
(2014).
Ia tergolong perwira tinggi yang
paling lama terkoneksi dengan Presiden Jokowi. Bisa dilihat dari sejunlah jabatan
yang harus dekat dengan keluarga Jokowi. Antara lain sebagai Komandan Grup A Paspampres (2014-2016), Komandan Korem di Solo (2016-2017),
Wakil Komandan Paspampres pada 2017-2018. Selain itu Kepala Staf Komando Daerah
Militer (Kasdam) IV/Diponegoro (2018), serta Komandan Paspampres (2018-2020).
“Kini Maruli
menjadi Panglima Kodam Udayana sejak November 2020. Dari track record
terkoneksi dengan Presiden Jokowi, maka Mayjen Maruli darah biru sekali. Dia calon
paling favorit dan paling popular untuk menjadi Pangkostrad dibandingkan calon
lain,” ungkap Ginting.
Strategis
Sementara
kelompok keempat, bukan kelompok yang diprediksi untuk menjadi pangkostrad.
Mereka ini adalah para panglima Kodam maupun mantan panglima Kodam, khususnya
dari Korps Infanteri. Dalam sejarah Kostrad, seluruh panglimanya berasal dari
Korps Infanteri.
Antara lain
Mayjen Muhammad Nur Rahmad, dan Mayjen Ainurrahman. Keduanya abituren Akmil
1988-A. Saat ini Mayjen Nur Rahmad sebagai Kepala Staf Kostrad. Sebelumnya
menjadi Panglima Kodam Tanjungpura (2019-2021), serta Asisten Pengamanan KSAD
(2017-2019).
Sedangkan Kepala
Staf Kostrad sebelumnya, yakni Mayjen Ainurrahman juga pernah menjadi Panglima
Divif 1 Kostrad. Kini sebagai Asisten Operasi KSAD. Sayangnya, Ainur belum
pernah menjadi Panglima Kodam.
Siapa pun Presidennya, tentu sangat berkepentingan dengan Panglima Kostrad. Kostrad merupakan satuan militer terbesar di TNI. Kostrad sebagai komando utama TNI merupakan satuan pemukul strategis. Memiliki sekitar 40-an batalyon tempur, bantuan tempur, dan bantuan administrasi.
/selamatgintingofficial