Tulisan ini diterbitkan di Harian Republika, 16 Desember 2019 Rubrik Teraju
Oleh: Selamat
Ginting
Ada apa sebenarnya dengan elite TNI? Khususnya antara Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dengan KSAD Jenderal Andika Perkasa.
Dalam
dua bulan terakhir, ada beberapa peristiwa di mana Jenderal Andika tidak
menghadiri acara di mana ada Marsekal Hadi. Peristiwa-peristiwa yang mengundang
tanda tanya besar. Seperti hubungan
panas dingin antara keduanya.
Andika kini malah terlihat lebih banyak bersama Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto. Keduanya sama-sama berlatar unit penanggulangan teror (gultor) Kopassus. Saat Mayjen Prabowo menjadi Komandan Jenderal Kopassus, Andika masih berpangkat kapten infanteri (komando).
Terakhir, Andika (Akmil 1987) bersama Menhan Prabowo saat di Bandung. Pertemuan KSAD se-ASEAN, Senin (25/11/2019) lalu. Dari Mabes TNI diwakili Kasum, Letjen Joni Suprianto (Akmil 1986). Prabowo dan Andika menjadi bintang dalam acara ACAMM (Asean Chief of Army Multilateral Meeting).
Sebelumnya Andika juga bertemu dengan Prabowo, saat peresmian Patung Jenderal Besar Soedirman di Turusan, Desa Banyuraden, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Ahad (10/11/2019). Tepat di Hari Pahlawan itu, Andika justru tidak hadir di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta Selatan.
Saat itu, pimpinan Angkatan Darat diwakili Wakil KSAD Letjen Tatang Sulaiman (Akmil 1986). Tatang mendampingi Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. Hadir pula KSAL Laksamana Siwi Sukma Adji (AAL 1985), KSAU Marsekal Yuyu Sutisna (AAU 1986), dan Kepala Polri Jenderal Idham Aziz (Akpol 1988-A).
Begitu juga saat Hadi ke Papua pada 28-29 Oktober 2019. Andika malah menemani Menhan Prabowo. Keduanya menerima kunjungan Duta Besar Cina di Indonesia Xiao Qian di Kementerian Pertahanan, Selasa (29/10/2019).
Nah, saat Hadi menerima Menhan Prabowo di Mabes TNI pada Rabu (30/10), Andika tidak hadir. Ia diwakili Wakil KSAD Letjen Tatang Sulaiman. Hadir pada acara itu, antara lain KSAL Laksamana Siwi Sukma Adji, dan KSAU Marsekal Yuyu Sutisna.
Pada acara pelantikan Kepala Polri Jenderal Idham Aziz, Marsekal Hadi bertindak sebagai saksi bersama Mendagri Tito Karnavian, 1 November 2019. Di situ pula Andika tidak hadir. Pimpinan Angkatan Darat diwakili Letjen Tatang Sulaiman.
Interaksionisme simbolik
Andika kini malah terlihat lebih banyak bersama Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto. Keduanya sama-sama berlatar unit penanggulangan teror (gultor) Kopassus. Saat Mayjen Prabowo menjadi Komandan Jenderal Kopassus, Andika masih berpangkat kapten infanteri (komando).
Terakhir, Andika (Akmil 1987) bersama Menhan Prabowo saat di Bandung. Pertemuan KSAD se-ASEAN, Senin (25/11/2019) lalu. Dari Mabes TNI diwakili Kasum, Letjen Joni Suprianto (Akmil 1986). Prabowo dan Andika menjadi bintang dalam acara ACAMM (Asean Chief of Army Multilateral Meeting).
Sebelumnya Andika juga bertemu dengan Prabowo, saat peresmian Patung Jenderal Besar Soedirman di Turusan, Desa Banyuraden, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Ahad (10/11/2019). Tepat di Hari Pahlawan itu, Andika justru tidak hadir di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta Selatan.
Saat itu, pimpinan Angkatan Darat diwakili Wakil KSAD Letjen Tatang Sulaiman (Akmil 1986). Tatang mendampingi Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. Hadir pula KSAL Laksamana Siwi Sukma Adji (AAL 1985), KSAU Marsekal Yuyu Sutisna (AAU 1986), dan Kepala Polri Jenderal Idham Aziz (Akpol 1988-A).
Begitu juga saat Hadi ke Papua pada 28-29 Oktober 2019. Andika malah menemani Menhan Prabowo. Keduanya menerima kunjungan Duta Besar Cina di Indonesia Xiao Qian di Kementerian Pertahanan, Selasa (29/10/2019).
Nah, saat Hadi menerima Menhan Prabowo di Mabes TNI pada Rabu (30/10), Andika tidak hadir. Ia diwakili Wakil KSAD Letjen Tatang Sulaiman. Hadir pada acara itu, antara lain KSAL Laksamana Siwi Sukma Adji, dan KSAU Marsekal Yuyu Sutisna.
Pada acara pelantikan Kepala Polri Jenderal Idham Aziz, Marsekal Hadi bertindak sebagai saksi bersama Mendagri Tito Karnavian, 1 November 2019. Di situ pula Andika tidak hadir. Pimpinan Angkatan Darat diwakili Letjen Tatang Sulaiman.
Interaksionisme simbolik
Bagaimana
menerjemahkan ketidakhadiran Jenderal Andika saat acara dihadiri Marsekal Hadi?
Apakah sebuah kebetulan, karena ada acara bersamaan?
Penulis
melihatnya dari teori interaksionisme simbolik. Salah satu
teori yang banyak digunakan dalam penelitian sosiologi. Teori ini memiliki akar
keterkaitan dari pemikiran Max Weber yang mengatakan, “tindakan sosial yang
dilakukan oleh individu didorong oleh hasil pemaknaan sosial terhadap
lingkungan sekitarnya.”
Makna
sosial diperoleh melalui proses interpretasi dan komunikasi terhadap
simbol-simbol di sekitarnya. Tanda-tanda tersebut merupakan simbol yang
digunakan untuk berkomunikasi dan menyampaikan pesan pada orang lain. Teori
interaksionisme simbolik melihat sebuah tindakan dengan penggunaan simbol dalam
rangka mendeklarasikan identitas semacam ‘inilah diriku’.
Bisa
jadi, itulah bentuk protes Andika terhadap Hadi yang lebih mengutamakan memilih
perwira tinggi yang satu letting (lulusan kelas yang sama) 1986. Sebelum,
promosi terhadap IB Purwalaksana sebagai Irjen Kemhan, berdasarkan keputusan
panglima TNI pada 26 November 2019, abituren Akmil 1987, teman lulusan Jenderal
Andika, seperti ‘gigit jari’.
Abituren
Akmil 1986 punya tujuh letjen, termasuk Hinsa Siburian yang sudah pensiun.
Sedangkan Akmil 1987, hanya punya satu jenderal dan dua letjen. Kini dalam
waktu dekat akan menjadi tiga letjen dengan naiknya IB Purwalaksana. Bisa jadi
pula, Andika dianggap ‘kurang memperjuangkan’ teman-temannya sesama Akmil 1987.
Akmil
1985 pun hanya empat letjen. Sedangkan Akmil 1988 A maupun B, belum satu pun
yang mendapatkan promosi letjen. Hal ini pula yang dipertanyakan, mengapa
Angkatan Darat tertinggal dari Angkatan Laut maupun Angkatan Udara? Bahkan jauh
tertinggal dari Kepolisian, karena lulusan 1990 sudah ada yang berpangkat
komjen (setingkat letjen, laksdya, marsdya).
Makna
ketidakhadiran Andika, jika diteropong dari teori interaksionisme simbolik,
bisa dianalisis masyarakat berdasarkan makna subjektif yang diciptakan
individu sebagai basis perilaku dan tindakan sosialnya. Individu diasumsikan
bertindak lebih berdasarkan apa yang diyakininya, bukan berdasar pada apa yang
secara objektif benar.
Apa
yang diyakini benar merupakan produk konstruksi sosial yang telah
diinterpretasikan dalam konteks atau situasi yang spesifik. Hasil interpretasi
ini disebut sebagai definisi situasi. Itulah situasi relasi kuasa antara
Marsekal Hadi dengan Jenderal Andika. Ada persaingan terselubung. Tentu saja,
keduanya akan membantah argumen ini. Silakan saja, boleh berbeda
perspektif.
Pola Karier
Untuk
itu, penulis juga akan mengaitkannya dengan pola karier perwira tinggi TNI.
Karier
adalah perkembangan dan kemajauan yang terbuka bagi prajurit dalam kesempatan
untuk mendapatkan jabatan atau kedudukan tertentu. Termasuk kenaikan pangkat,
kesempatan mengikuti pendidikan, serta pemindahan dan giliran penugasan.
Karena itu, pimpinan tentara, harus memberikan kesempatan seadil-adilnya kepada setiap perwira untuk mengembangkan kariernya. Tentu saja melalui sebuah perencanaan yang baik dan giliran penugasan serta kesempatan pendidikan untuk mencapai kemajuan.
Dalam pola dasar karier perwira, maka jabatan pada perwira tinggi merupakan fase darma bakti. Pengabdian sebagai perwira lebih dari 25 tahun. Setelah minimal 25 tahun jadi perwira, baru pantas menyandang pangkat brigjen, laksma, marsma.
Ini merupakan masa terakhir dari karier seorang perwira. Penekanannya akan beralih dari sekadar pengembangan kemanfaatan maksimal seorang perwira dalam darma baktinya. Fokus perwira tinggi pada masalah-masalah strategi pertahanan dan kebijaksanaan TNI. Sehingga mereka bisa berkarsa dan berkarya nyata menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Maka selayaknya, jabatan-jabatan komadan/ panglima, serta staf tingkat tinggi akan dipercayakan kepada perwira yang sangat menonjol di antara perwira yang potensial. Harus dilihat latar belakang penugasan bidang staf, pendidikan, pembinaan teritorial, serta komando pada unit kesatuan yang lebih besar. Tentu dengan ukuran prestasi yang sangat menonjol. Bukan semata-mata, karena sama-sama lulusan satu letting (sekelas).
Harapannya, agar organisasi TNI bisa lebih professional, modern, dan mampu menjaga soliditas organisasi. Panglima Besar Soedirman telah memberikan contoh teladan yang patut dicontoh generasi penerus saat ini. Utamanya dalam menjaga soliditas TNI di saat negara dalam keadaan genting.
Karena itu, pimpinan tentara, harus memberikan kesempatan seadil-adilnya kepada setiap perwira untuk mengembangkan kariernya. Tentu saja melalui sebuah perencanaan yang baik dan giliran penugasan serta kesempatan pendidikan untuk mencapai kemajuan.
Dalam pola dasar karier perwira, maka jabatan pada perwira tinggi merupakan fase darma bakti. Pengabdian sebagai perwira lebih dari 25 tahun. Setelah minimal 25 tahun jadi perwira, baru pantas menyandang pangkat brigjen, laksma, marsma.
Ini merupakan masa terakhir dari karier seorang perwira. Penekanannya akan beralih dari sekadar pengembangan kemanfaatan maksimal seorang perwira dalam darma baktinya. Fokus perwira tinggi pada masalah-masalah strategi pertahanan dan kebijaksanaan TNI. Sehingga mereka bisa berkarsa dan berkarya nyata menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Maka selayaknya, jabatan-jabatan komadan/ panglima, serta staf tingkat tinggi akan dipercayakan kepada perwira yang sangat menonjol di antara perwira yang potensial. Harus dilihat latar belakang penugasan bidang staf, pendidikan, pembinaan teritorial, serta komando pada unit kesatuan yang lebih besar. Tentu dengan ukuran prestasi yang sangat menonjol. Bukan semata-mata, karena sama-sama lulusan satu letting (sekelas).
Harapannya, agar organisasi TNI bisa lebih professional, modern, dan mampu menjaga soliditas organisasi. Panglima Besar Soedirman telah memberikan contoh teladan yang patut dicontoh generasi penerus saat ini. Utamanya dalam menjaga soliditas TNI di saat negara dalam keadaan genting.
Tabel
BINTANG 4 & 3
TNI AKTIF
Abituren | Nama | Jabatan | Pensiun
TNI AD
1984 --
1985 | Letjen Doni Monardo | Kepala BNPB | Jun 2021
| Letjen Tri
Legiono Suko | Rektor Unhan| Des 2020
| Letjen Dodik
Wiajanarko | Nonjob | Feb 2021
(Staf Khusus Panglima TNI)
(Staf Khusus Panglima TNI)
1986 | Letjen Tatang Sulaiman | Wakil KSAD | Mei
2020
| Letjen Joni Supriyanto | Kasum TNI | Jul 2022
| Letjen Joni Supriyanto | Kasum TNI | Jul 2022
| Letjen Besar
Harto K | Pangkostrad | Jun 2021
| Letjen Ganip Warsito | Pangkogabwilhan III TNI | Des 2021
| Letjen Ganip Warsito | Pangkogabwilhan III TNI | Des 2021
| Letjen Tri
Soewandono | Sesmenko Polhukam | Jan 2022
1987 | Jenderal Andika Perkasa | KSAD | Jan
2023
| Letjen M Herindra | Irjen TNI | Des 2022
| Letjen AM
Putranto | Dankodiklatad | Maret 2022
| Letjen IB Purwalaksana | Irjen Kemhan | Maret 2022
| Letjen IB Purwalaksana | Irjen Kemhan | Maret 2022
1988-A --
1988-B --
TNI AL
1984 | Laksdya A Djamaludin | Sekjen Wantannas | Jul 2020
1985 | Laksamana Siwi Sukma A | KSAL | Jun
2020
| Laksdya Agus Setiadji | Sekjen Kemhan | Sep 2020
| Laksdya Agus Setiadji | Sekjen Kemhan | Sep 2020
1986 | Laksdya Mintoro Yulianto | Wakil KSAL | Juli
2020
1987 | Laksdya Aan Kurnia | Danjen Akademi TNI | Agu 2023
1988-A | Laksdya Yudo
Margono | Pangkogabwilhan I TNI | Des 2023
1988-B --
TNI AU
1984 | Marsdya Bagus
Puruhito | Kepala BNPP | Nov 2020
1985 | Marsdya
Dedy Permadi | Dan Sesko TNI | Mei
2021
1986 | Marsekal Hadi Tjahjanto | Panglima TNI | Des
2021
| Marsekal Yuyu Sutisna | KSAU | Jul 2020
| Marsekal Yuyu Sutisna | KSAU | Jul 2020
| Marsdya Wieko Syofyan | Wagub Lemhannas | Mei 2022
| Marsdya
Fahru Zaini I | Wakil KSAU | Okt 2021
1987 --
1988-A --
1988-B | Marsdya Fadjar Prasetyo | Pangkogabwilhan
II TNI | Mei 2024
PANGLIMA
KODAM 2019
Kodam | Nama | Abituren | Korps
Iskandar Muda | Teguh Arief
Indratmoko | 1988-A | Infanteri
Bukit
Barisan | M Sabrar Fadhilah | 1988-A | Infanteri
Sriwijaya | Irwan Zaini | 1987 | Zeni
Jayakarta | Eko Margiyono | 1989 | Infanteri
(Komando)
(Komando)
Siliwangi | Nugroho Budi Wiryanto | 1987 | Infanteri
(Komando)
(Komando)
Diponegoro | M Effendi | 1986 | Zeni
Brawijaya | R Wisnoe Prasetja Boedi | 1986 | Infanteri
Udayana | Benny
Susianto | 1987 | Infanteri
Tanjungpura | M Nur Rahmad | 1988-A | Infanteri
Mulawarman | Subiyanto | 1988- | Infanteri
Hasanuddin | Surawahadi | 1985 | Infanteri
Merdeka | Tiopan Aritonang | 1986 | Infanteri
Pattimura | Marga Taufiq | 1987 | Infanteri
Cendrawasih | Herman Asaribab | 1988-B | Infanteri
Kasuari | J Onesimus Wayangkau | 1986 | Infanteri
PANGLIMA DIVISI
INFANTERI KOSTRAD 2019
Divif | Nama | Abituren | Korps
Divif 1 | Agus Rohman | 1988-A | Infanteri
Divif 2 | Tri
Yunianto | 1989 | Infanteri (Komando)
Divif 3 | Ahmad
Marzuki | 1989 | Infanteri
Penulis adalah Jurnalis Senior Republika
Pemerhati
Komunikasi Politik Militer
No comments:
Post a Comment