Dokumen Pribadi |
Oleh Selamat Ginting
Jangan sampai jalan gajah, harimau,
orangutan dan satwa lainnya dirusak hanya karena ambisi membangun jalan
manusia. Jika ini terjadi, maka akan ada konflik satwa dengan manusia, karena
habitatnya hilang.
Presiden Jokowi
optimistis mega proyek jalan Trans
Sumatera bisa selesai. Saat ini sejumlah ruas tol sudah dimulai pembangunannya
dan menunjukkan progres yang positif. Secara
khusus Jokowi mengatakan wilayah Provinsi Riau menjadi wilayah yang paling
diuntungkan dengan tersambungnya tol Trans Sumatera.
“Yang dapat keuntungan yang paling banyak
adalah siapa? Ternyata adalah Provinsi Riau. Karena selain jalan tol dari
Lampung sampai Aceh, Riau berada pada tempat strategis, tetapi memiliki feeder
jalan tol cabang yaitu ke Padang, Dumai, dan Sumut sehingga ini berada pada
poros yang strategis," ujar Jokowi saat mengunjungi Riau, beberapa waktu
lalu.
Dengan kembali
terpilihnya Jokowi sebagai presiden periode 2019-2024, mega proyek jalan Trans
Sumatra akan terus dilakukan dari Lampung hingga Aceh. Namun, mantan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Emil
Salim, mengingatkan pemerintah agar pembangunan infrastruktur itu jangan sampai
merusak ekosistem di Pulau Sumatra.
“Jangan sampai jalan gajah, harimau,
orangutan dan satwa lainnya dirusak hanya karena ambisi membangun jalan
manusia. Jika ini terjadi, maka akan ada konflik satwa dengan manusia, karena
habitatnya hilang,” ujar Emil Salim saat acara halal bihalal Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI) di sebuah
apartemen kawasan Senayan, Jakarta, Selasa (2/7/2019) lalu.
Air Sugihan
Ia kemudian bercerita
tentang ratusan gajah yang pernah tergusur dari habitatnya. Ketua Dewan
Penasihat PKBSI itu mencoba mengeksplorasi daya ingatnya. Kali ini jarum jam
diputar terbalik. Seperti lorong waktu, berputar 37 tahun lalu. Tepatnya pada
akhir 1982. Profesor Doktor Emil Salim, merasa perlu kembali mengingatkan arti
pentingnya lingkungan hidup. Bahkan belajar hidup dari satwa liar, yakni gajah.
Semula, kata Emil,
ratusan gajah hidup tenang di Air Sugihan, Sumatra Selatan (Sumsel).
Belakangan, mucul perkampungan baru dengan hadirnya sekitar 200 ribu jiwa
transmigran. Termasuk penebangan atas nama hak pengusahaan hutan (HPH) pada
1982.
Maka, pada suatu hari, jelang akhir 1982,
ratusan gajah merangsek memasuki perkampungan transmigran. Perkampungan yang
sebelumnya justru merupakan habitat gajah. Puluhan anggota TNI bersikap dan
berencana menembaknya. “Lebih baik menyelamatkan nyawa manusia,” kata Panglima
Kodam Sriwijaya. Kabar tersebut sampai ke telinga Presiden Soeharto.
Emil Salim, ketika itu sebagai Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup, segera melaporkan masalah tersebut kepada
Kepala Negara di kantor presiden. Kisah bermula dari telepon Kepala Balai
Konservasi Sumber Daya Alam setempat yang diterima Emil. Melaporkan gerombolan
gajah akan ditembak tentara, karena akan melintasi perkampungan.
Rombongan gajah itu sesungguhnya rutin ke
laut untuk memenuhi kebutuhan garam tubuhnya. Sayang, ketika hendak kembali ke
hutan, jalurnya sudah terpotong permukiman transmigran.
Setelah menerima laporan Emil Salim, Presiden
Soeharto mengangkat telepon berwarna merah di mejanya. Ia menelepon Panglima
Kodam Sriwijaya yang juga Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban
Daerah (Pangkopkamtibda) Sumsel, Brigadir Jenderal Try Sutrisno. “Try, batalkan
rencana penembakan gajah-gajah. Cari jalan lain!” Dari ujung telepon, terdengar
suara, “Siap, laksanakan!”
Soeharto pun meminta Emil agar memindahkan gajah-gajah
itu. ”Wah, bagaimana caranya? Dalam sejarah dunia belum ada proyek pemindahan
gajah,” jawab Emil kepada Soeharto.
Sang presiden tidak mau tahu dan meminta Emil
bekerjasama dengan TNI dan instansi lain. Dibentuklah Satuan Tugas (satgas) Operasi
Ganesha dipimpin Letnan Kolonel CPM I Gusti Kompyang Manila. Tugas mereka
memindahkan 232 gajah dari Air Sugihan ke Lebong Hitam, Lampung, sejauh 70
kilometer.
Tim terdiri dari anggota militer dari Kodam
Sriwijaya, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Pertanian,
Kementerian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, beberapa transmigran, dan
sejumlah tenaga ahli. Total jumlahnya sekitar 400 orang.
Saling
melindungi
Lalu bagaimana caranya menggiring rombongan
gajah? Komandan satgas mengusulkan agar tim membuat bunyi-bunyian dari berbagai
benda dan alat musik untuk menggiring gerombolan gajah.
Perjalanan sepanjang 70 kilometer harus
melalui medan cukup berat, berupa rawa, hutan, serta sungai dengan lebar sekitar
60 meter. Belum lagi rombongan gajah yang tiba-tiba tidak mau bergerak, ketika ada
anak-anak gajah terduduk dan tertidur, karena kelelahan.
“Ternyata dengan badan besar, gajah bisa berbaris
teratur. Yang betina di depan dan di samping rombongan. Di bagian tengah
berkumpul semua anak gajah dan di belakang berbaris gajah jantan. Sungguh luar
biasa, mereka seperti manusia,” ujar Emil menceritakan konfigurasi rombongan
gajah.
Ya, Emil mengakui mendapatkan pelajaran dan pengalaman
luar biasa dalam perjalanan menggiring gajah. Seperti pasukan tentara yang
berbaris dan saling melindungi dari ancaman musuh.
Ketika menyeberangi sungai selebar 60 meter,
misalnya, gajah-gajah dewasa berjajar di sungai membentuk jembatan. Lalu
anak-anak gajah menyeberang di atas punggung gajah dewasa. ”Benar-benar ajaib,”
tutur Emil dengan mata berkaca-kaca.
Tatkala gajah-gajah itu sampai ke tempat
tujuan setelah berjalan selama 44 hari, menjadi momentum mengharukan. Para
prajurit yang menggiring gajah pun terharu. ”Semua menangis.”
Para prajurit menangis lagi ketika diundang
ke Istana dan disalami Presiden Soeharto. ”Mengharukan, mereka yang biasa
memegang senapan ternyata bisa menangis,” ujar mantan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Emil Salim.
Pada bagian akhir
sambutannya, Emil berpesan kepada pemerintah. “Pemerintah harus mempertahankan
ekosistem agar manusia tidak menjadi hewan,” kata Profesor Emil yang disambut
tepuk tangan ketua umum PKBSI Rahmat Shah dan pengurus PKBSI lainnya. Hadir
pula Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati, Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan, Indra Eksploitasia.
/selamatgintingofficial
No comments:
Post a Comment